Tetap Semangat
Jumat tanggal 2 Maret 2007, pukul 21.30 handphoneku berbunyi. Aku mendapat telepon dari seorang teman yang mengabarkan bahwa aku pindah ke Pekanbaru. Saat itu, aku masih bekerja di Jakarta sejak tahun 2001 dan tiba-tiba harus pindah tugas ke Pekanbaru dimana tidak ada bayangan seperti apa tempat tugasku yang baru itu sebelumnya.
Malam itu, dunia seisinya seakan runtuh dan menimpa diriku yang lemah tak berdaya. Rencana yang telah disusun jauh-jauh hari berantakan semua. Manusia hanya bisa berencana tapi tetap Allah yang menentukan. Istriku yang tepat disampingku, langsung lemah lunglai tak kuasa menahan kepedihan karena harus jauh dari diriku. Istriku sedang hamil dan rencanya hari Rabu pekan depan kami akan pulang ke Sukoharjo untuk syukuran atas kehamilan istriku yang telah berusia tujuh bulan. Ini adalah kehamilan kedua setelah yang pertama mengalami keguguran dalam usia kandungan 10 minggu.
Malam itu, dunia seisinya seakan runtuh dan menimpa diriku yang lemah tak berdaya. Rencana yang telah disusun jauh-jauh hari berantakan semua. Manusia hanya bisa berencana tapi tetap Allah yang menentukan. Istriku yang tepat disampingku, langsung lemah lunglai tak kuasa menahan kepedihan karena harus jauh dari diriku. Istriku sedang hamil dan rencanya hari Rabu pekan depan kami akan pulang ke Sukoharjo untuk syukuran atas kehamilan istriku yang telah berusia tujuh bulan. Ini adalah kehamilan kedua setelah yang pertama mengalami keguguran dalam usia kandungan 10 minggu.
Sepanjang malam itu, istriku hanya bisa menangis dan menangis hingga membuat matanya bengkak. Aku sebagai suami mencoba untuk menenangkan dan memberi pengertian kepadanya walaupun aku sendiri pun masih bingung, tak percaya, dan jauh di lubuk hatiku aku berharap semua itu tidaklah benar dan hanyalah sebuah mimpi dalam tidurku.
Senin, 5 Maret 2007 aku berangkat ke kantor di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat dengan perasaan gundah-gulana. Sepanjang perjalanan yang ada dipikiran semoga kabar yang aku terima beberapa hari sebelumya adalah tidak benar. Begitu sampai di kantor langsung kunyalakan komputer di mejaku dengan perasaan deg-degan. Dan akhirnya, semua terjawab sudah, aku memang pindah tugas ke Pekanbaru, tanah seberang yang bagiku adalah negeri entah berantah karena aku gak kepikiran harus pindah kerja sejauh ini.
Akhirnya tibalah saatnya isteriku harus pulang ke Sukoharjo dan aku hanya bisa mengantarnya sampai stasiun Gambir untuk naik kereta Argo Dwi Pangga tujuan Solo Balapan karena esok hari, Kamis 8 Maret 2007 aku harus berangkat ke Pekanbaru untuk menghadiri pelantikan yang akan dilaksanakan hari Jumat.
***
Hari demi hari, akhirnya dapat juga aku melewatinya bekerja di negeri seberang dan tak terasa sudah memasuki tahun ketiga kerja di Pekanbaru dan Kalisa (si mungil anakku yang cantik) sudah berusia dua tahun. Walaupun awalnya merasa ada ketidakadilan, namun lambat-laun aku merasakan banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Lagi pula masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Selain itu, dapat juga menambah pengalaman dan membuka wawasan bahwa Indonesia tidak hanya Pulau Jawa tapi Indonesia adalah negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman budaya.
Kini aku mencoba dan akan tetap berusaha untuk ikhlas dan sabar dalam mejalani hidup ini, serta bekerja dengan sebaik-baiknya bukankah bekerja juga bagian dari ibadah.
Kata orang bijak, ikhlas adalah kunci keberhasilan.
Mungkin, cerita ini untuk sebagian orang adalah tidak ada artinya tapi bagiku ini adalah sebuah makna hidup yang tetap harus aku jalani.
Tetap Semangat Man!!!!
Wah, sebuah pelajaran yang sangat berharga sekali. Terima kasih sudah sharing dengan kita. Memang manusia hanya bisa berencana, selebihnya Allah yang menentukan. Kalau pun kenyataan tidak sesuai dengan rencana yang telah kita susun, kita yakin Allah punya rencana untuk kita.
BalasHapusSalut Bang, terima kasih ya. Allah kan selalu beri yang terbaik untuk kita semua:)
ok makasih ya
BalasHapus